Kecenderungan Salah Pola Makan Pada Wanita Dalam Pendekatan Behaviorisme.
Cantik. Kata cantik adalah kata yang diinginkan setiap orang, baik laki-laki ataupun perempuan. Setiap laki-laki tentu menginginkan sosok perempuan yang cantik dalam hidupnya, begitu juga dengan perempuan. Pada dasarnya, semua perempuan
memiliki naluri untuk selalu tampil cantik. Kata cantik memiliki beragam makna yang menimbulkan penafsiran yang berbeda bagi setiap idividu. Ada sebuahstatement yang popular di masyarakat seperti “Cantik itu relatif..”. Ada yang menafsirkan cantik itu bersih, cantik itu putih, cantik itu indah, cantik itu langsing dan lain sebagainya. Secara kodrati, perempuan terlahir dengan keunikannya masing-masing. Setiap perempuan memiliki bantuk badan yang berbeda, bentuk mata yang berbeda, bentuk bibir yang berbeda, bahkan bentuk payudara yang berbeda. Oleh karena itu, tidak ada standar atau patokan khusus untuk mengukur kecantikan seorang wanita. Dalam masyarakat timbul pemikiran bahwa tubuh langsing dan ideal adalah salah satu tolak ukur yang biasa digunakan manusia untuk menyatakan cantik atau tidaknya seorang perempuan. Kasus yang akan diangkat adalah perilaku perempuan yang mengalami gangguan pola makan karena terpengaruh persepsi lingkungannya.
Marita, perempuan berumur 20 tahun, terlahir sebagi perempuan yang bertubuh besar. Marita merasa tidak nyaman dengan dirinya sendiri karena lingkungan yang mengkritiknya. Kekasih Marita, memintanya untuk melakukan diet dan mengancam akan memutuskannya bila ia tidak melakukan hal tersebut. Ia juga pernah ditolak magang di sebuah hotel karena tubuhnya dianggap tidak proporsional. Akhinya ia melakukan upaya untuk melangsingkan tubuhnya. Awalnya Marita mengurangi porsi makannya namun, ia masih merasa tidak puas. Marita menjadi anti makan, yang dikenal dengan Istilah eating disorder. Kemudian, Marita menderita penyakit maag dan infeksi lambung. Bukannya menjadi langsing, Marita malah mengalami gangguan kesehatan.
Apa yang ada pada diri Marita, tidak sesuai dengan konsep yang terdapat di lingkungannya. Sehingga Marita merasa rendah diri. Dengan alasan itu, ia melakukan sejumlah usaha agar tubuhnya berubah menjadi seperti apa yang lingkungannya kehendaki. Kasus seperti ini tidak hanya dialami oleh Marita. Banyak perempuan dengan latar belakang yang berbeda merasakan hal yang sama dengan Marita. Memiliki tubuh yang langsing dan ideal sepertinya adalah hal yang penting bagi perempuan dengan tubuh kurang proporsional. Keadaan lingkungan yang sepertinya mengharuskan perempuan memiliki tubuh langsing dan ideal. Akibat yang muncul kemudian, perempuan yang memiliki tubuh besar melakukan berbagai macam cara agar tubuhnya menjadi langsing ideal. Antara lain dengan diet, olah raga dengan intensitas berlebihan, menggunakan obat pelangsing, pola makan yang salah, sampai dengan sedot lemak. Terkadang cara yang digunakan salah, sehingga berdampak bagi kesehatan dan mental perempuan.
Seorang model Brazil, Anna Carolina Reston, yang berumur 22 tahun, meninggal dunia karena mengalami infeksi usus yang disebabkan oleh anoreksia. Ia meninggal dengan bobot tubuh 40 kilogram dan tinggi 172 cm. Sebelumnya, Anna menjalani diet dengan hanya makan daun selada dan minuman bersoda selama tiga bulan. Kemudian, Eliana Ramos, model asal Uruguay berusia 18 tahun, ditemukan tewas di apartemennya karena malnutrisi Kedua model di atas diketahui mengalami sindrom gangguan nafsu makan atauanoreksia nervosa Sindrom ini dipengaruhi oleh pola makan yang salah sehingga berujung pada kehilangan nafsu makan.
. Perilaku Marita yang terobsesi memiliki tubuh langsing dan gangguan pola makan pada model Anna Caroline dan Elliana Ramos, sesuai dengan konsepsi manusia dalam behaviorisme. Jalaludin Rakhmat menjelaskan dalam bukunya yang berjudul Psikologi Komunikasi, konsepsi behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (menganalisa jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subyektif) dan juga psikoanalisis (barbicara tentang alam bawah sadar yang tidak nampak). Konsep behaviorisme menganalisa perilaku yang nampak, dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Behaviorisme ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungannya, lebih dikenal dengan konsep Homo Mechanicus (R.Jalaludin, 1985:21). Dari kasus Marita, timbulnya perasaan tidak nyaman terhadap tubuhnya yang berujung pada salah pola makan. Sedangkan dari kasus Anna dan Eliana, perilaku yang muncul adalah sengaja melakukan pola makan yang salah karena tuntutan profesi sebagai model.
Konsep behaviorisme lebih dikenal dengan nama teori belajar karena menurut para behavioris seluruh perilaku manusia, kecuali instink, adalah hasil belajar. Belajar adalah perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh dari lingkungannya Selain faktor lingkungan, seluruh perilaku manusia, kepribadian, dan tempramen ditentukan oleh pengalaman inderawi (sensory experience).
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan dan pengalaman inderawinya. Disamping itu, manusia sebagai makhluk yang bergerak untuk memenuhi kepentingan dirinya, memperoleh kesenangan, dan menghindari penderitaannya, dikenal dengan hedonisme. Seluruh perilaku manusia juga tunduk pada prinsip ganjaran dan hukuman, dikenal dengan utilitarianisme (R.Jalaludin, 1985:21). Jalaludin Rakhmat berpendapat dalam bukunya, bahwa “manusia bagitu plastis. Ia mudah dibentuk menjadi apapun dan dikendalikan dengan menciptakan lingkungan yang relevan”.
Perubahan perilaku Marita yang berupaya mengurangi berat badannya dengan diet berlebihan dipengaruhi oleh faktor lingkungannya yaitu dalam hal ini kekasihnya, selain itu pengalaman Marita yang ditolak magang karena tubuhnya kurang proporsional juga turut mempengaruhinya. Marita juga didorong oleh keinginannya untuk mencari kesenangan dan menghindari penderitaan, dalam hal ini adalah ancaman kekasihnya yang akan memutuskan hubungan mereka jika ia tidak mengurangi berat badannya. Anna Caroline dan Elliana Ramos merupakan model dengan tuntutan profesinya yang mengharuskan mereka memiliki tubuh berukuran zero size sebagaimana yang dikutip dalam www.lifestyle.okezone.com. Dengan demikian, jelaslah bahwa lingkungan pekerjaan yang merubah dan mengendalikan perilaku mereka sehingga melakukan pola makan yang salah.
Terdapat beberapa metode untuk menjabarkan perubahan perilaku manusia. Pertama, metode pelaziman klasik (classical conditioning), menurut Sechenov (1829-1905) dan Pavlov (1849-1936), pelaziman klasik adalah memasangkan stimuli yang netral dengan stimuli tertentu yang berulang yang melahirkan perilaku tertentu (R.Jalaludin, 1985:24). Sebagai contoh adalah seseorang yang tadinya tidak takut terhadap anjing, akan berubah menjadi takut terhadap anjing setelah beberapa kali digigit oleh anjing.
Kedua, operant conditioning atau yang lebih dikenal dengan peneguhan, metode ini ditambahkan oleh Skinner. Proses ini memperteguh respons yang baru dengan mengasosiasikannya pada stimuli tertentu berkali-kali (R.Jalaludin,1985:24), misalkan apabila seorang siswa berhasil mendapatkan juara kelas, orang tuanya lalu memberikan hadiah padanya, maka anak itu akan berusaha meningkatkan prestasinya. Skonner memandang perilaku tak lebih dari sekedar suatu hal yang amat khusus dari situasi yang khusus pula. (Davidoff, 1991) Ketiga, belajar terjadi karena peniruan (imitation), dijelaskan oleh Bandura. Prosesnya adalah dengan menirukan respon orang lain (R.Jalaludin,1985:25).
Jika dikaitkan dengan topik di atas, seorang perempuan dengan bentuk tubuh kurang proporsional mendapat stimuli tertentu yang berupa kritikan atau ejekan secara terus menerus, maka akan melakukan upaya penurunan berat badan. Perasaan sakit hati memacu mereka untuk menurunkan berat badannya selain itu, mereka juga terdorong untuk melakukan pemuasan terhahadap obsesi memiliki tubuh langsing. George Elliah Muller mengatakan bahwa persepsi menimbulkan jejak rekam pada otak. (Wirawan, 1980) Dorongan yang semakin kuat akan memperkuat juga usaha mereka untuk memenuhi obsesi mereka. Hal ini tercermin dari Marita yang tidak puas dengan hanya mengurangi porsi makannya. Begitu juga dengan dua model di atas yang secara sadar melakukan diet yang berlebihan agar tetap eksis dalam kariernya.
Dalam sebuah iklan produk kecantikan terdapat statement, “wanita suka ukuran yang lebih kecil”. Statement itu tepat untuk mewakili perempuan yang menginginkan berat badan yang ideal. Ketika seorang perempuan menimbang berat badannya tentu ia lebih senang ketika mendapati beratnya berkurang ketimbang beratnya naik. Hal ini bisa jadi merupakan sifat dasar perempuan. Tidak hanya perempuan dengan kelebihan berat badan yang menginginkan ‘ukuran yang lebih kecil’ namun, ternyata juga didapati perempuan yang sudah memiliki berat badan cukup ideal juga menginginkan ‘ukuran yang lebih kecil’ sebagaimana yang terjadi pada Anna Caroline dan Elliana Ramos. Terlihat cantik, langsing, dan bersih memang dambaan setiap perempuan. Tanpa disadari banyak perempuan yang terobsesi untuk tampil seperti itu karena dipengaruhi lingkungannya, seperti pendapat Jalaludin Rakhmat dalam bukunya Psikologi Komunikasi,”manusia mudah dibentuk dan dikendalikan menjadi apapun dengan menciptakan lingkungan yang relevan” misalnya untuk suami, kekasih, teman, atau juga faktor lain seperti balas dendam karena mendapat perilaku yang kurang menyenangkan seperti penolakan magang yang dialami Marita, ingin tampil dengan gaya berpakaian yang sedang tren, tuntutan pekerjaan, sampai terpengaruh gaya hidup yang sedang populer (tren bentuk badan skinny ala Paris Hilton). Banyak faktor yang mendasari mengapa perempuan menginginkan tubuh yang kurus. Remaja menginginkan tubuh kurus karena merasa lebih percaya diri jika memiliki tubuh yang kurus. Mereka dapat mencoba beragam gaya berpakaian yang dipopulerkan majalah-majalah remaja. Sedangkan bagi wanita yang belum menikah, mereka menginginkan tubuh kurus untuk segera memperoleh pasangan.Kemudian bagi wanita yang sudah menikah, alasan mereka ingin memiliki tubuh kurus agar memuaskan suami. Bagi wanita yang sudah melahirkan, mereka menginginkan tubuh kurus agar lebih dicintai suaminya.
Sebenarnya wajar saja jika perempuan ingin memiliki tubuh langsing agar terlihat cantik. Di samping faktor di atas, tubuh yang langsing juga lebih baik untuk kesehatan. Lebih bijak jika usaha yang dilakukan dalam penurunan berat badan dilakukan dengan hal-hal yang wajar. Berolahraga dengan intensitas yang rutin, menjaga asupan gizi yang sesuai, dan lain sebagainya. Mengapa tidak kita coba saja mulai tampil cantik untuk diri sendiri. Cantik untuk diri sendiri tidak harus sesuai dengan persepsi cantik yang klise, dimana harus langsing, putih, tinggi, dan lainnya. Bagi perempuan dengan tubuh yang kurang proporsional dapat memulai dengan mencintai apa yang sudah Tuhan berikan padanya. Mereka dapat tampil menarik dengan gaya berbusana yang sesuai dengan bentuk tubuh, mengaplikasikan perias wajah sehingga menutupi kekurangan yang ada. Sedangkan bagi perempuan yang sudah cukup proporsional namun masih merasa belum puas, yang rata-rata dialami model,coba jadilah diri sendiri. Tonjolkan apa kelebihan yang dimiliki. Percaya diri sebenarnya adalah harga mati untuk tampil cantik. Percaya diri dapat menyamarkan kekurangan yang ada pada diri kita sehingga kita tampil menarik tanpa harus melewati serangkaian proses yang menyakitkan bahkan mematikan. Oleh karena itu mulailah untuk mencintai diri sendiri dan jadilah diri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Rakhmat, Jalaludin, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung,1981
Artikel: “Stop Mikirin Omongan Orang Lain Mengenai Tubuhmu”, dikutip dari majalah SEVENTEEN Indonesia, Edisi terbit : Juli 2008, Rubrik: sehat, Hal:52
Artikel: ”Awas Anoreksia Intai Model”, Dikutip dari:
Wirawan, Sarlito, Berkenalan dengan Aliran-Aliran dan Tokoh-Tokoh Psikologi, Bulan Bintang, Jakarta: 1980
Davidoff, Linda L, Psikologi Suatu Pengantar Jilid Kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1991
1. Dikutip dari majalah remaja SEVENTEEN, edisi terbit Juli 2008, judul artikel : “Stop Mikirin Omongan Orang Lain Soal Tubuhmu”, rubrik: sehat, hal: 52
2. Dikutip dari :
Judul artikel: Awas Anoreksia Intai Model, tanggal akses : 27 September 2009
3. Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya,1985) halaman 21.
~Semoga bermanfa'at ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar